• IMPERIUM
Untuk memahami bagaimana ribuan kultur yang terisolasi mendekat dari waktu-ke waktu membentuk desa global masa kini, kita memang harus mempertimbangkan peran signifikan dari kerang, emas, perak dan kertas sebagai uang, tapi kita juga tidak bisa mengabaikan peran krusial dari baja-baja imperium.
Pada masa kini, terma “imperialis” menempati urutan kedua di bawah “fasis” dalam leksikon kata-kata makian politik – terlebih karena berkorelasi dengan karakter jahat yang destruktif dan eksploitatif. Tapi ini cara pandang yang keliru. Yang benar adalah bahwa imperium telah menjadi sistem politik paling umum dalam 2.500 tahun terakhir. Dan imperium telah berhasil menyatukan kelompok-kelompok etnis dari zona-zona ekologis yang beragam di bawah satu payung politik tunggal sehingga menyatukan segmen-segmen yang semakin dan semakin besar dari spesies manusia di palnet bumi.
Imperium adalah tatanan politik dengan dua karakteristik utama: 1) keragaman kultural; dan 2) fleksibilitas teritorial. Dua karakter unik inilah yang memainkan peran sentral dalam unifikasi manusia dalam sejarah. Definisi imperium semata-mata karena dua karakter tersebut, bukan oleh asal-usul, bentuk pemerintahan, luas teritorial, atau ukuran populasinya. Dalam sejarah, sebuah imperium tidak harus muncul dari penaklukan militer, tidak pula imperium harus dikuasai oleh seorang kaisar otokratik. Ukuran imperium juga sungguh tidak penting – ia bisa besar, bisa juga berukuran mungil.
Membangun dan mempertahankan imperium biasanya membutuhkan pembantaian kejam populasi besar dan penindasan brutal terhadap siapapun yang tersisa. Panduan standar imperium mencakup perang, perbudakan, deportasi, dan genosida. Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa imperium tidak meninggalkan apapun yang bermakna dalam kemunculannya. Menghitamkan semua imperium dan mengingkari semua warisan imperium sama-saja dengan menolak sebagian besar budaya manusia.
Elit-elit imperium yang menggunakan keuntungan dari penaklukan untuk mendanai tidak hanya angkatan perang dan benteng, tapi juga filosofi, seni, keadilan, dan amal. Tak bisa dimungkiri bahwa satu bagian signifikan dari prestasi-prestasi kultural kemanusiaan sesungguhnya ada berkat eksploitasi terhadap populasi-populasi yang ditaklukkan itu. Setelah setiap penaklukan, penduduk setempat dibunuh dan ditindas. Seiring waktu, para penyintas melupakan asal-usul mereka dan mengadopsi budaya umum yang merupakan hibrida dari budaya mereka sendiri dan budaya elit yang berkuasa.
Di sinilah “mereka” kemudian berubah menjadi “kita”. Yang kita sebut sebagai budaya “asli” kita saat ini seringkali tidak lebih dari campuran berbagai warisan imperium dan pengaruh budaya lainnya.
Di masa lalu, sebagian besar manusia hidup dalam imperium-imperium. Pada masa depan, Harari melihat, sebagian besar manusia akan hidup dalam satu imperium. Namun kali ini, imperiumnya akan benar-benar global. Hari-hari ini, semakin banyak orang percaya bahwa seluruh umat manusia adalah sumber sah dari otoritas politik, ketimbang anggota-anggota nasionalitas tertentu, dan bahwa melindungi HAM dan melindungi kepentingan seluruh spesies harus menjadi cahaya pembimbing politik.
Imperium global yang sedang disatukan di depan mata kita tidak diatur oleh satu negara atau kelompok etnis tertentu mana pun. Imperium global diperintah oleh satu elit multi etnis, dan dipersatukan oleh satu kesamaan kultur dan kesamaan kepentingan. Di seluruh dunia, semakin banyak dan semakin banyak pebisnis, insinyur, ahli, sarjana, pengacara, manajer terpanggil untuk bergabung dalam imperium itu. Mereka pasti memikirkan cara menjawab panggilan imperium itu atau tetap loyal pada negara dan bangsa mereka.


Tinggalkan komentar