PARADOKS PENGETAHUAN HISTORIS
_
Tidak ada yang tahu persis kemajuan teknologi apa yang akan tiba dalam sepuluh tahun ke depan, apalagi abad berikutnya. Kenyataannya, seperti yang diamati oleh Yuval Noah Harari, jika kita terus menyusuri jalan meningkatkan diri dengan teknologi, kita bahkan tidak tahu seperti apa otak manusia di masa depan, apalagi inovasi yang akan mereka hasilkan.
Tapi satu hal yang pasti: jika kita ingin membuat spekulasi yang masuk akal, maka kita perlu tahu dari mana kita berasal. Harari tentu mengerti ini. Ia memiliki pengetahuan luas tentang kemanusiaan dan pola historisnya, dorongan biologis, dan kepentingan ideologisnya. Dalam Homo Deus, ia menggabungkan ini dengan pemahaman menyeluruh tentang teknologi yang sudah ada dan sedang berkembang, dan ke mana para ahli berpikir dorongan inovasi kita saat ini dapat membawa kita.
Hasilnya adalah studi mengejutkan tentang potensi masa depan kemanusiaan yang secara mulus menggabungkan sejarah, filsafat, dan studi keagamaan dengan biologi, sains komputer, dan teori medis mutakhir. Di sepanjang teks, subjek-subjek besar dan beraneka ragam ini dibahas dengan perhatian dan presisi, dan dengan sebuah mata untuk menjelaskan kompleks dunia dengan cara yang menarik dan mudah didekati. Dan sementara Harari benar-benar bersemangat tentang ide-ide yang ia sajikan, ia tidak pernah turun ke spekulasi liar, perayaan berlebihan, atau menjajakan mimpi buruk yang tidak realistis untuk efek dramatis.
Sebagai hasilnya, Homo Deus adalah sebuah buku yang, mungkin lebih dari yang lain, memberi kita visi masa depan yang tampaknya benar-benar dapat dipercaya. Perlahan-lahan membentangkan dengan rasional, argumen-argumen yang masuk akal, seluruh diskusi dalam buku ini memberi Anda semua yang perlu Anda ketahui tentang perjalanan kemanusiaan yang luar biasa dan ke mana itu mungkin akhirnya membawa kita.
_
Prediksi bahwa pada abad ke-21 manusia mungkin bertujuan untuk keabadian, kebahagiaan dan keilahian bisa membuat marah, terasa asing atau menakut-nakuti sejumlah orang, oleh kareanya, sebelum lebih jauh, Harari memberikan beberapa klarifikasi di awal-awal bukunya:
#PERTAMA, ini bukan tentang apa yang sebenarnya dikerjakan oleh kebanyakan orang sebagai individu pada abad ke-21. Itu adalah apa yang manusia lakukan sebagai kolektif.
Kebanyakan orang mungkin hanya memainkan peran kecil, jika ada, dalam proyek-proyek ini. Bahkan jika kelaparan, wabah dan perang menjadi semakin jarang, miliaran manusia di negara-negara berkembang dan lingkungan kumuh akan terus berurusan dengan kemiskinan, penyakit dan kekerasan, sementara elit-elit mereka sudah meraih keabadian dan kekuatan tuhan. Ini sepertinya tidak adil.
Seseorang dapat berargumentasi bahwa selama ada seorang anak tunggal yang meninggal karena kekurangan gizi atau seorang dewasa lajang yang terbunuh dalam perang antar gembong narkoba, umat manusia harus memfokuskan semua upaya untuk memerangi kesengsaraan ini. Hanya bila kedamaian sudah ditegakkan, barulah kita bisa mengubah pikiran kita ke hal besar berikutnya. Tetapi sejarah tidak bekerja seperti itu. Yang hidup di istana selalu punya agenda berbeda dari yang hidup di gubuk, dan itu tidak berubah pada abad ke-21.
#KEDUA, ini adalah prediksi historis, bukan manifesto politik.
Bahkan jika kita mengabaikan nasib penghuni permukiman kumuh, jauh dari jelas bahwa kita harus membidik keabadian, kebahagiaan dan keilahian. Mengadopsi proyek-proyek khusus ini mungkin merupakan kesalahan besar. Tetapi sejarah penuh dengan kesalahan besar. Mengingat catatan masa lalu kita dan nilai-nilai kita saat ini, kita cenderung ingin mengejar kebahagiaan, keilahian dan keabadian – bahkan jika itu membunuh kita.
#KETIGA, mengejar tidak sama dengan memperoleh.
Sejarah sering dibentuk oleh harapan yang berlebihan. Sejarah Rusia abad ke-20 sebagian besar dibentuk oleh upaya komunis untuk mengatasi ketidaksetaraan, tetapi itu tidak berhasil. Prediksi ini terfokus pada apa yang umat manusia akan COBA capai pada abad ke-21 – bukan apa yang akan BERHASIL diraihnya. Ekonomi, masyarakat dan politik masa depan kita akan dibentuk oleh upaya untuk mengatasi kematian. Itu tidak berarti bahwa pada tahun 2100 manusia akan abadi.
#KEEMPAT, dan yang paling penting, prediksi ini bukanlah nubuatan, melainkan lebih merupakan cara untuk mendiskusikan pilihan-pilihan kita saat ini.
Jika diskusi membuat kita memilih secara berbeda, sehingga prediksi terbukti salah, semua semakin baik. Apa gunanya membuat prediksi jika mereka tidak dapat mengubah apa pun?
Beberapa sistem yang rumit, seperti cuaca, tidak peduli pada prediksi kita. Proses perkembangan manusia, sebaliknya, bereaksi terhadap mereka. Memang, semakin baik prediksi kita, semakin banyak reaksi yang mereka hasilkan. Karenanya secara paradoks, ketika kita mengumpulkan lebih banyak data dan meningkatkan daya komputasi kita, peristiwa menjadi lebih liar dan lebih tidak terduga. Semakin banyak yang kita tahu, semakin sedikit yang bisa kita prediksi.
Pertengahan abad le-19, Karl Marx mencapai wawasan ekonomi yang cemerlang. Berdasarkan pandangan-pandangan ini ia memprediksi konflik yang semakin ganas antara proletariat dan kapitalis, yang berakhir dengan kemenangan yang tak terelakkan dari kaum proletar dan keruntuhan sistem kapitalis. Marx yakin bahwa revolusi akan dimulai di negara-negara yang mempelopori Revolusi Industri – seperti Inggris, Prancis dan Amerika Serikat – dan menyebar ke seluruh dunia.
Marx lupa bahwa para kapitalis tahu cara membaca. Awalnya hanya segelintir murid yang menganggap Marx serius dan membaca tulisan-tulisannya. Tetapi ketika para tokoh sosialis ini memperoleh pengikut dan kekuatan, para kapitalis menjadi waspada. Mereka juga meneliti Das Kapital, mengadopsi banyak alat dan wawasan analisis Marxis. Pada abad ke-20, semua orang dari anak jalanan sampai presiden merangkul pendekatan Marxis ke dalam ekonomi dan sejarah. Bahkan kaum kapitalis garis keras yang dengan tegas menolak prognosis Marxis masih memanfaatkan diagnosis Marxis.
Ketika orang mengadopsi diagnosis Marxis, mereka mengubah perilaku mereka. Kaum kapitalis di negara-negara seperti Inggris dan Perancis berusaha untuk memperbaiki nasib kaum buruh, memperkuat kesadaran nasional mereka dan mengintegrasikan mereka ke dalam sistem politik. Akibatnya ketika para buruh mulai memilih dalam pemilu dan Partai Buruh memperoleh kekuasaan di satu demi satu negara, para kapitalis masih bisa tidur nyenyak di tempat tidur mereka. Akibatnya, prediksi Marx menjadi sia-sia. Revolusi-revolusi komunis tidak pernah menelan kekuatan-kekuatan industri terkemuka seperti Inggris, Prancis dan Amerika Serikat, dan kediktatoran proletariat terlempar ke tong sampah sejarah.
Inilah paradoks pengetahuan historis. Pengetahuan yang tidak mengubah perilaku tidak berguna. Tetapi pengetahuan yang mengubah perilaku cepat kehilangan relevansinya. Semakin banyak data yang kita miliki dan semakin baik kita memahami sejarah, semakin cepat sejarah mengubah arahnya, dan semakin cepat pengetahuan kita menjadi ketinggalan jaman.
_
*
Baiklah. Dalam bagian ulasan Homo Deus in Minutes sebelumnya, sebisa mungkin kita sudah melihat gambaran umum dari buku Homo Deus. Itu adalah cara baca awam. Jika Anda ingin menamatkan buku itu dalam waktu kurang lebih 15 menit, ulasan sebelumnya sudah cukup membantu. Tapi hanya dengan berharap pada ulasan seperti itu, maka Anda akan kehilangan banyak hal mencengangkan dari buku tersebut.
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih detail (namun tidak sedetail jika Anda membacanya sendiri), mungkin sebaiknya kita akan mulai mencoba merincinya dari awal lagi, dari posisi kita sekarang dan bagaimana kita membenarkannya, dan melihat lebih jelas dan lebih singkat alur sejarah kita dan skenario masa depan kita.


Tinggalkan komentar