BAJINGAN YANG SELALU GELISAH
_
Umat manusia telah lama dicirikan oleh dorongan untuk mencari pengetahuan baru dan kemampuan baru. Tapi sekarang kita memproduksi teknologi yang memungkinkan kita mewujudkan banyak impian terliar kita. Jadi, apa sebenarnya yang bisa kita raih jika kita terus melanjutkan perjalanan kita sekarang, dan risiko apa yang bisa dihasilkan oleh kemajuan ini?
Dalam Homo Deus, Yuval Noah Harari membahas pertanyaan-pertanyaan ini dan memberi kita wawasan tentang tahap yang sangat signifikan dalam sejarah manusia, yang bisa melihat setiap aspek masyarakat kita, identitas kita, dan seluruh hidup kita yang dirombak secara drastis. Setelah mencapai tahap di mana pengetahuan ilmiah dan inovasi teknologi kita memungkinkan kita untuk bergerak melampaui faktor-faktor yang secara tradisional membatasi atau mengancam kehidupan manusia, kita tetap terdorong untuk melangkah lebih jauh, dan mengatasi hambatan yang lebih besar dan lebih besar lagi. Dan pencarian ini dapat mendorong kita untuk merekayasa ulang pikiran kita, meng-upgrade tubuh kita dengan teknologi, dan memungkinkan komputer dan algoritma semakin memengaruhi hidup kita, semua dengan harapan bahwa suatu hari itu semua memberi diri kita kemampuan manusia super — bahkan kemampuan “seperti tuhan”.
Hasil ini bisa spektakuler, dan kita sudah berdiri di titik puncak beberapa kemajuan yang benar-benar revolusioner. Tetapi itu juga membawa risiko besar. Bahkan, pengetahuan teknologi yang membantu kita mengatasi ancaman terbesar terhadap kehidupan manusia itu sendiri bisa menjadi ancaman terbesar bagi kemanusiaan kita. Meliputi masa lalu, masa kini, dan kemungkinan masa depan ras kita, buku Homo Deus memunculkan pertanyaan tentang apa itu menjadi manusia, dan memberi kita pandangan yang menarik, dan terkadang mengganggu, pada apa yang mungkin menjadi bagian dari kita dalam pencarian kita untuk menjadi “Homo deus”: manusia tuhan.
#
DORONGAN KITA UNTUK KEMAJUAN TEKNOLOGI DAPAT SEGERA MEMBERI KITA KEKUATAN “MANUSIA SUPER”
Sebagai manusia, kita telah lama melihat diri kita lebih rendah daripada tuhan yang kita sembah. Tetapi pengetahuan teknologi kita yang berkembang dengan cepat mengacaukan persepsi ini ketika kita berusaha mengembangkan kemampuan “seperti Tuhan”.
Karena sebagian besar kemampuan kita untuk menggunakan bahasa yang rumit (kalimat, gosip dan fiksi) dan untuk mengatur diri dan bekerja bersama dalam skala besar, umat manusia menjadi lebih kuat daripada spesies apa pun di planet ini. Hal ini sering mengarah pada keyakinan bahwa kita lebih unggul dari hewan lain dan dapat menggunakan mereka sebagai sumber makanan, pakaian, tenaga kerja, dan hiburan tanpa rasa bersalah — sebuah sikap yang berakar pada ajaran teisme yang mengatakan bahwa tuhan memberi manusia hak “penatagunaan”, hak “kekhalifahan”, lebih dari hewan, atau memberi kita jiwa yang tidak ada dalam mahluk hidup lain yang lebih rendah.
Ini membentuk model hierarki lama di mana hewan-hewan berada di bawah kita, dan kita tunduk kepada para tuhan yang telah memberi kita kekuasaan atas semua kehidupan lainnya. Namun semakin banyak keyakinan ini telah bergeser, dari kita yang hanya melihat diri kita sebagai puncak ciptaan dari kehidupan hewan menjadi kita yang melihat diri kita sebagai bentuk eksistensi yang benar-benar tertinggi, menggantikan tuhan-tuhan dalam signifikansi kita dan kemampuan kita.
Pengetahuan sains dan teknologi adalah bagian besar dari ini: dari menghasilkan kehidupan “artifisial” yang baru, merekayasa materi, berkomunikasi dan melakukan perjalanan jarak jauh dalam waktu singkat, kita memperoleh kekuatan baru, manusia super, bahkan “tuhan”. Dan proses ini senantiasa berakselerasi: di mana untuk sebagian besar sejarah manusia, kemajuan kita mengharuskan kita meningkatkan alat-alat kita — pisau yang lebih tajam, kendaraan yang lebih cepat, komputer yang lebih cerdas — sekarang kita berada di tahap di mana kita dapat mulai mengintegrasikan hal-hal ini dengan diri kita, merancang tubuh kita dan menggabungkan teknologi dengan pikiran kita.
Ini mungkin terdengar aneh, tetapi para ahli sudah memproduksi headset yang bisa menghilangkan rasa minder, organ buatan yang dioperasikan oleh program komputer, dan implan saraf yang memungkinkan para ilmuwan untuk mengendalikan perilaku tikus dari jarak jauh (dan, secara teoritis, manusia). Dan perkembangan baru terjadi setiap hari. Mengingat dorongan manusia untuk penemuan ilmiah dan fakta kemajuan teknologi terjalin erat ke dalam sistem ekonomi kita, hampir pasti bahwa kita akan melanjutkan perjalanan dalam proses ini. Dan jika kita melakukannya, kita mungkin benar-benar berada di fajar manusia super dengan diri yang dimodifikasi, berteknologi maju, dan terintegrasi dengan komputer.
Penggabungan antara keyakinan kolektif kita pada superioritas manusia dengan pengetahuan teknologi kita yang terus berkembang membantu umat manusia tidak hanya untuk mengembangkan alat-alat baru, tetapi untuk benar-benar memodifikasi tubuh dan pikiran kita. Jika kita terus melakukannya, manusia masa depan mungkin secara realistis memiliki kekuatan yang mengingatkan kita pada superhero — atau bahkan tuhan.


Tinggalkan komentar