Dalam Sapiens in Minutes sebelumnya, kita sudah melihat secara garis besar bahwa tren atau arah sejarah menurut pandangan Harari adalah menuju penyatuan atau unifikasi umat manusia. Oleh karena itu, bagian ini akan mencoba mengurai secara ringkas faktor-faktor pendorong proses unifikasi tersebut. Dan mengingat ini hanyalah ulasan ringkas, tentu saja kita akan berada lebih pada konsep dan bagaimana cara kerja dari faktor-faktor pemersatu itu ketimbang uraian faktual historisnya.
Adapun faktor pemersatu umat manusia yang pertama adalah uang.
• UANG
Uang bukanlah realitas material, melainkan sebuah konstruk psikologis. Ia adalah fiksi, ia bekerja dengan mengubah materi menjadi pikiran. Ada begitu banyak jenis uang yang pernah diciptakan manusia dalam sejarah, namun prinsipnya sama saja. Kerang-kerangan, koin dan dolar hanya memiliki nilai dalam imajinasi kolektif kita. Nilainya tidak inhern dalam struktur kimiawi kerang dan kertas, baik warna maupun bentuknya. Nilainya murni kultural.
Nilai uang yang sebenarnya didasarkan pada dua prinsip universal, yakni: a) Konvertabilitas universal, dan b) Kepercayaan universal.
Mengapa orang bersedia menukar padi dengan kerang, rela bekerja siang dan malam demi beberapa lembar kertas berwarna? Karena kita percaya pada omong kosong imajinasi kolektif ciptaan kita sendiri. Kepercayaan adalah bahan baku dari semua jenis uang yang dicetak. Anda percaya bahwa uang memiliki nilai karena para tetangga Anda juga mempercayainya. Dan kalian semua mempercayainya karena pemimpin kalian mempercayainya dan memintanya sebagai pajak, dan karena imam dan pendeta kalian juga mempercayainya dan memintanya sebagai sedekah.
Semakin banyak orang percaya pada suatu jenis uang yang sama, semakin kuat nilai uang itu, dan semakin banyak orang akan menggunakannya. Sebaliknya, jika semua orang berhenti mempercayai jenis uang tersebut, maka nilai uang itu akan runtuh dengan sendirinya. Uang adalah sistem saling percaya, dan bukan sembarang sistem saling percaya: uang adalah sistem paling universal dan paling efisien yang pernah diciptakan.
Selain itu, uang juga merupakan puncak dari toleransi umat manusia. Selama ribuan tahun, para filsuf, pemikir dan nabi mencela uang sebagai akar dari kejahatan. Kenyataanya, uang lebih berpikiran terbuka ketimbang bahasa, hukum negara, norma budaya, keyakinan relijius, dan kebiasaan-kebiasaan sosial. Uang adalah satu-satunya sistem kepercayaan yang menjembatani hampir setiap jurang kultural Sapiens, dan yang tidak mendiskriminasi siapa pun berdasarkan agama, gender, ras, usia atau orientasi seksualnya.
Setiap orang mungkin percaya pada Dewa atau Tuhan yang berbeda, percaya bahwa berasal dari etnis yang berbeda, negara yang berbeda, dan seringkali, perbedaan-perbedaan itu lebih banyak mendatangkan perselisihan alih-alih kerja sama. Tapi dengan hadirnya uang, bahkan Osama bin Laden sekalipun yang pernah begitu membenci budaya Amerika, agama orang Amerika, dan politik orang Amerika, tetap saja sangat mencintai Dollar Amerika.
Atas nama uang, meskipun saat ini tidak semua orang percaya pada Tuhan yang sama atau mematuhi pemerintah yang sama, mereka semua mau menggunakan uang yang sama. Dan demi uang, orang-orang yang berbeda agama, ras, dan negara itu, bisa berkolaborasi dengan baik tanpa perlu saling kenal-mengenal antara satu sama lain dalam sebuah sistem yang melibatkan pengejaran atas uang.
Dulu, satu suku yang pergi ke pasar akan bertemu dengan suku lainnya yang berbeda secara kultural maupun geografis. Mereka tidak saling mengenal satu sama lain, dan mungkin saja saling bermusuhan. Tapi dengan perantara uang, mereka bisa melakukan transaksi jual beli di pasar itu. Uang tidak hanya membuat mereka melakukan kerja sama ekonomi, tapi juga potensial mendamaikan permusuhan mereka. Pola yang sama masih bertahan sampai hari ini, baik di level individual maupun level negara-bangsa.
Dengan kata lain, alih-alih memikirkan uang sebagai sumber malapetaka, uang malah telah menyatukan manusia dalam satu jalinan kerja sama global. Di hadapan uang, semua manusia adalah sama. Di bawah naungan sirkulasi uang, semua manusia tampak seperti “kawan” dan “saudara”. Berkat uang, bahkan orang yang tidak saling kenal dan tidak saling percaya satu sama lain tetap bisa berkolaborasi secara efektif.




Tinggalkan komentar